Mengungkap Esensi Meritokrasi: Dari Ciri-ciri Hingga Implementasinya

Temukan hakikat meritokrasi, mulai dari definisi, sejarah, hingga penerapannya dalam berbagai aspek kehidupan sosial dan profesional.
Mengungkap Esensi Meritokrasi: Dari Ciri-ciri Hingga Implementasinya
Mengungkap Esensi Meritokrasi

Sistem meritokrasi merupakan sebuah sistem sosial dan profesional yang didasarkan pada kondisi individu yang memiliki kemampuan dan prestasi tertentu untuk mendapatkan pengakuan, kesempatan, dan jabatan yang lebih tinggi. 

Dalam artikel ini, saya akan membahas esensi dari konsep meritokrasi, termasuk definisi, sejarah, ciri-ciri, serta implementasinya dalam berbagai aspek kehidupan sosial dan profesional di Indonesia.

Definisi Meritokrasi: Konsep dan Makna

Meritokrasi diartikan sebagai sistem sosial yang memberikan kesempatan kepada individu yang paling pantas, berdasarkan kemampuan, bakat dan prestasi yang dimilikinya. Konsep meritokrasi pertama kali diperkenalkan oleh Michael Young, seorang sosiolog Inggris pada tahun 1958.

Istilah meritokrasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu meros yang berarti bagian dan kratia yang berarti kekuasaan. Jadi, meritokrasi berarti kekuasaan bagi mereka yang memiliki kemampuan atau prestasi, bukan bagi mereka yang memiliki kedudukan, status sosial, atau kekayaan yang melimpah.

Maka, meritokrasi menempatkan kemampuan dan prestasi sebagai kriteria utama dalam menentukan posisi atau jabatan dalam suatu sistem sosial. Implementasi meritokrasi diharapkan dapat menciptakan sistem yang lebih adil, efisien, dan inklusif, karena semua individu memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai sukses dan kemajuan.

Sejarah Meritokrasi: Dari Awal Sampai Sekarang

Konsep meritokrasi bukanlah ide baru. Sejarah mencatat bahwa Aristoteles, seorang filsuf Yunani dari abad ke-4 sebelum masehi, telah mengemukakan gagasan tentang pengaruh perbuatan dan kebiasaan seseorang dalam hal kedudukan sosial dan politik.

Namun, istilah "meritokrasi" pertama kali diperkenalkan di Inggris oleh Michael Young di dalam bukunya, The Rise of the Meritocracy, yang diterbitkan pada tahun 1958.

Sejak itu, meritokrasi telah diadopsi oleh berbagai negara, organisasi, hingga lembaga pendidikan, sebagai cara untuk menilai seseorang berdasarkan prestasinya.

Meskipun demikian, sistem meritokrasi telah mengalami beberapa perubahan seiring berjalannya waktu. Di era Romawi kuno, misalnya, posisi dalam pemerintahan diberikan kepada orang-orang kaya dan berpengalaman. Sedangkan di Cina pada abad ke-6, sistem ujian digunakan untuk menentukan kualitas pejabat pemerintah.

Di Indonesia sendiri, sistem meritokrasi telah diterapkan sejak masa pemerintahan Soekarno. Pada saat itu, sistem pengangkatan pejabat diorganisir berdasarkan pengalaman dan kemampuan mereka.

Hingga saat ini, prinsip meritokrasi tetap menjadi topik yang menjadi kajian di berbagai sektor kehidupan. Namun, tetap saja ada sisi positif dan negatif yang perlu menjadi perhatian, seiring dengan evolusi dan penerapan sistem meritokrasi itu sendiri.

Ciri-ciri Meritokrasi yang Perlu Diketahui

Meritokrasi memiliki beberapa ciri-ciri khusus yang membedakannya dengan sistem pemerintahan atau organisasi lainnya. Berikut ini adalah ciri-ciri meritokrasi yang perlu diketahui:

No.Ciri-ciri Meritokrasi
1Penilaian berdasarkan prestasi dan kemampuan individu
2Sistem promosi yang adil
3Transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan keputusan
4Merupakan sistem terbuka bagi semua lapisan masyarakat
5Tidak mengenal nepotisme atau diskriminasi

Ciri-ciri di atas menjadikan meritokrasi sebagai sistem yang memungkinkan setiap orang untuk berkompetisi secara adil, dan memastikan bahwa orang terbaik dipilih untuk posisi yang sesuai dengan kemampuan mereka. Implementasi meritokrasi yang tepat dapat membantu meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan efektivitas organisasi dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Pandangan Para Ahli tentang Meritokrasi

Meritokrasi telah menjadi topik yang menarik perhatian dalam beberapa dekade terakhir, dan banyak ahli yang telah memberikan pandangan mereka tentang konsep dan implementasinya.

Menurut John Rawls, seorang teoriwan politik Amerika Serikat, meritokrasi harus dipahami sebagai sistem yang menciptakan kesempatan yang sama untuk semua orang dalam mencapai posisi penting di masyarakat. Namun, ia juga menekankan bahwa meritokrasi tidak bisa diterapkan tanpa memperhatikan ketidaksetaraan sosial yang ada.

Sementara itu, ahli sosiologi Prancis Pierre Bourdieu berpendapat bahwa meritokrasi sering kali hanya menciptakan elitisme baru yang menghasilkan lebih banyak ketidakadilan. Menurutnya, meritokrasi harus diterapkan dengan hati-hati, menghindari kesalahan dalam pengukuran kinerja dan kemampuan seseorang.

Di sisi lain, Abraham Maslow, psikolog Amerika Serikat, menganggap meritokrasi sebagai cara yang efektif untuk memotivasi seseorang untuk mencapai potensi tertingginya. Baginya, meritokrasi memberikan hadiah yang adil bagi mereka yang telah bekerja keras dan menghasilkan kinerja yang luar biasa.

AhliPandangan
John RawlsMeritokrasi harus menciptakan kesempatan yang sama
Pierre BourdieuMeritokrasi sering menciptakan elitisme baru dan ketidakadilan
Abraham MaslowMeritokrasi adalah cara yang efektif untuk memotivasi individu

Pandangan para ahli tentang meritokrasi sangat beragam, tergantung pada sudut pandang yang digunakan. Namun, setiap pandangan memiliki nilai yang berharga untuk memahami dan menerapkan meritokrasi dengan bijak.

Meritokrasi dalam Pendidikan: Mengukur Kemampuan dan Prestasi

Meritokrasi dalam pendidikan dapat membantu memastikan bahwa siswa diukur berdasarkan kemampuan dan prestasi individu mereka. Sistem ini mempromosikan kinerja yang adil dan memotivasi siswa untuk meraih hasil yang lebih baik.

Melalui meritokrasi, siswa dapat mengukur sejauh mana kemampuan mereka dan bagaimana mereka dapat meningkatkan prestasi. Ini juga membantu mendorong siswa untuk memiliki rasa bertanggung jawab pada diri mereka sendiri karena mereka akan diberi penghargaan berdasarkan usaha mereka dalam mempelajari materi pelajaran.

Meritokrasi dalam pendidikan juga dapat membantu mengurangi kecurangan dalam ujian. Dengan menekankan pada kemampuan dan kinerja individu, para siswa akan merasa lebih terdorong untuk bekerja keras dalam meningkatkan kemampuan mereka dan kurang cenderung untuk melakukan tindakan kecurangan.

Kelebihan Meritokrasi dalam PendidikanKelemahan Meritokrasi dalam Pendidikan
  • Memotivasi siswa untuk belajar lebih giat.
  • Mendorong kinerja yang adil di antara siswa.
  • Mengurangi kecurangan dalam ujian.
  • Menghadirkan kesempatan yang sama bagi semua siswa
  • Membuat siswa yang kurang mampu merasa terkesan.
  • Cenderung meminggirkan aspek budaya dan sosial dalam penilaian.
  • Memperkuat fokus pada hasil, mendorong hanya ke nilai akademis tanpa mempertimbangkan kepentingan individual.


Dalam merancang sistem pendidikan meritokrasi yang baik, hal-hal yang perlu diperhatikan termasuk penilaian yang obyektif, nilai-nilai yang adil dan layak, serta pengajaran yang berkualitas. Dengan penerapan meritokrasi yang tepat, sistem pendidikan dapat memberikan penghargaan yang semestinya bagi siswa yang benar-benar siap dan berkompeten, menciptakan generasi muda yang mandiri dan mampu membawa perubahan positif bagi kehidupan masyarakat.

Meritokrasi dalam Organisasi: Menempatkan Individu yang Berkualitas

Meritokrasi adalah sistem penilaian berdasarkan kemampuan dan prestasi individu, sehingga mereka yang memiliki kinerja dan kompetensi yang lebih baik lebih dihargai dan diberikan kesempatan yang setara. Dalam konteks organisasi, meritokrasi sering dianggap sebagai pendekatan yang ideal untuk menempatkan individu yang berkualitas di posisi yang tepat.

Dalam penerapannya, meritokrasi dalam organisasi membutuhkan sistem yang adil dan transparan untuk menilai kinerja karyawan. Ini dapat dilakukan dengan dua cara: menggunakan evaluasi kinerja yang terstruktur atau dengan memberikan tugas dan proyek yang sesuai dengan kemampuan individu untuk mengukur kemampuan mereka secara langsung.

Selain itu, penting untuk memastikan bahwa setiap karyawan memahami harapan dan standar yang diharapkan dari mereka. Dengan komunikasi yang jelas dan konsisten, karyawan akan lebih mampu mengetahui bagaimana menyesuaikan kerja dan usaha mereka agar sesuai dengan kebutuhan organisasi.

Tidak hanya itu, implementasi meritokrasi dalam organisasi juga memerlukan dukungan dari manajemen dan pengambil keputusan untuk mengakui dan memberikan kesempatan kepada individu yang memiliki kinerja dan kompetensi yang lebih baik. Hal ini dapat dicapai dengan memberikan penghargaan dan insentif bagi karyawan unggul atau mempromosikan mereka ke posisi yang lebih tinggi.

Contoh Penerapan Sistem Meritokrasi dalam Organisasi

Berikut adalah beberapa contoh organisasi yang menerapkan sistem meritokrasi:

Nama PerusahaanPenerapan Sistem Meritokrasi
GoogleMemberikan insentif dan peluang promosi bagi karyawan yang unggul dalam proyek dan kinerja mereka.
DeloitteMenggunakan sistem evaluasi kinerja yang terstruktur untuk menilai kemampuan dan prestasi karyawan dan memberikan hasilnya secara transparan.
Procter & GambleMenerapkan pendekatan "best athlete" di mana karyawan yang memiliki kemampuan terbaik ditempatkan di posisi yang paling sesuai dengan kemampuan mereka.

Dari contoh tersebut, dapat dilihat bahwa penerapan meritokrasi dalam organisasi dapat memberikan manfaat besar bagi karyawan dan organisasi secara keseluruhan. Hal ini dapat meningkatkan kinerja karyawan dan produktivitas organisasi, serta mengurangi kesenjangan dalam perekrutan dan promosi.

Meritokrasi dalam Politik: Menilai Kinerja dan Keberhasilan

Meritokrasi juga memiliki pengaruh penting dalam dunia politik, terutama dalam menilai kinerja dan keberhasilan para pemimpin. Dalam sistem meritokrasi, pemimpin yang dipilih didasarkan pada prestasi dan kualifikasi yang dimilikinya.

Dalam konteks politik, implementasi meritokrasi dapat dilihat dalam seleksi calon kandidat dan pengangkatan jabatan politik berdasarkan kualifikasi dan bukan hanya atas dasar kedekatan personal atau kedekatan kelompok politik. Hal ini dapat mendorong terciptanya lingkungan politik yang profesional dan kompetitif.

Namun, penilaian kinerja dan keberhasilan dengan menggunakan sistem meritokrasi dapat menghadirkan tantangan tertentu, terutama dalam upaya untuk melakukan evaluasi yang netral. Adanya praktik politik yang kurang transparan dan korupsi dapat merusak sistem meritokrasi dan mengurangi kredibilitasnya.

Sebagai contoh, dalam sistem politik yang korup, penilaian kinerja dan keberhasilan dapat dipengaruhi oleh hubungan pribadi atau pekerjaan sampingan yang dimiliki oleh para pemimpin politik. Oleh karena itu, implementasi meritokrasi dalam politik harus diiringi dengan penegakan hukum yang ketat dan pengawasan yang cermat untuk memastikan keadilan dan transparansi dalam proses seleksi dan evaluasi.

Meritokrasi dalam Pekerjaan: Kesempatan Karir yang Adil

Di era globalisasi ini, persaingan dunia kerja semakin ketat. Namun, hal ini tidak berarti bahwa kesempatan yang adil untuk maju dalam karier semakin sulit didapatkan. Melalui penerapan meritokrasi dalam dunia kerja, seseorang dapat dipromosikan berdasarkan prestasi dan kemampuannya, bukan berdasarkan hubungan atau latar belakang keluarga.

Sistem meritokrasi dalam pekerjaan memberikan kesempatan yang sama kepada semua orang yang memiliki kualifikasi serta kemampuan yang serupa. Baik itu pengalaman kerja, keahlian, maupun kinerja, semuanya dinilai secara obyektif dalam sistem ini.

Kriteria Penilaian dalam Meritokrasi

Kriteria PenilaianKeterangan
Pengalaman KerjaJumlah tahun pengalaman kerja yang relevan dengan posisi yang dilamar.
KeahlianKeahlian yang diperlukan untuk posisi yang dilamar, seperti kemampuan komunikasi atau pengalaman dalam menggunakan program komputer tertentu.
KinerjaHasil kerja yang telah dicapai pada posisi sebelumnya atau tugas proyek tertentu.

Dalam sistem meritokrasi, kesempatan untuk mengikuti pelatihan dan pembinaan juga lebih terbuka bagi mereka yang memiliki potensi tinggi. Hal ini akan membantu mereka dalam meningkatkan kualitas kerja dan juga memperoleh peluang yang lebih besar dalam karir mereka.

Namun, implementasi sistem meritokrasi dalam pekerjaan juga dapat menimbulkan beberapa permasalahan. Sebagian orang mungkin merasa tidak adil jika mereka belum memenuhi kriteria tertentu, meskipun sudah bertahun-tahun bekerja di perusahaan yang sama. Selain itu, sulitnya menilai kualitas kerja yang subjektif, seperti 'kemampuan memimpin' atau 'gaya kerja' juga menjadi kendala pada sistem meritokrasi.

Tetap saja, banyak orang percaya bahwa meritokrasi dalam dunia kerja memungkinkan karyawan untuk mencapai potensi tertinggi mereka dan juga memberikan kontribusi terbaik pada perusahaan.

Penerapan Meritokrasi dalam Berbagai Aspek Kehidupan

Meritokrasi dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, baik sosial maupun profesional. Contoh penerapan meritokrasi diantaranya adalah:

Aspek KehidupanContoh Penerapan Meritokrasi
PendidikanPenggunaan tes yang adil untuk menilai kemampuan siswa dan memilih siswa yang berprestasi untuk masuk ke sekolah unggulan.
OrganisasiPromosi berdasarkan kinerja dan kemampuan bukan karena faktor subjektif seperti hubungan personal atau koneksi politik.
PolitikPenilaian kinerja para pemimpin berdasarkan hasil kinerja dan keberhasilan mereka, bukan karena faktor subjektif seperti agama atau suku.
PekerjaanPemberian kesempatan kerja dan promosi berdasarkan kinerja dan kemampuan, bukan karena faktor seperti usia atau jenis kelamin.

Dalam semua aspek tersebut, penerapan meritokrasi dapat membantu menciptakan sistem yang adil dan memberikan kesempatan yang setara bagi individu yang berkualitas dan berprestasi.

Kelebihan dan Kelemahan Meritokrasi

Sistem meritokrasi memiliki kelebihan dan kelemahan. Untuk lebih memahami pro dan kontra terkait sistem ini, mari kita lihat beberapa kelebihan dan kelemahan meritokrasi.

Kelebihan Meritokrasi

  • Cenderung memberikan peluang yang lebih adil untuk mendapatkan penghargaan dan kesuksesan karena berdasarkan prestasi dan kemampuan yang dimiliki.
  • Menyediakan insentif bagi individu untuk berprestasi dan berkembang secara profesional.
  • Dapat meningkatkan efisiensi dan kinerja dalam berbagai aspek kehidupan sosial dan profesional.
  • Mendorong perusahaan dan organisasi mencari dan mengambil individu yang berkualitas untuk mengisi posisi dan tanggung jawab yang sesuai.

Kelemahan Meritokrasi

  • Cenderung mengabaikan faktor-faktor sosial karena fokus pada prestasi dan kemampuan individu
  • Tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan dan pengalaman yang sama yang dibutuhkan dalam meritokrasi
  • Dapat menimbulkan persaingan yang berlebihan dan kurangnya kerja sama di antara individu
  • Mungkin tidak adil bagi individu yang memiliki keterbatasan atau kekurangan dalam hal kemampuan fisik atau mental

Kelebihan dan kelemahan sistem meritokrasi perlu dipertimbangkan secara cermat. Namun, jika diimplementasikan dengan baik, meritokrasi dapat memberikan peluang yang adil dan membantu meningkatkan kinerja dalam berbagai aspek kehidupan sosial dan profesional.

Poin-poin Penting untuk Menerapkan Meritokrasi dengan Baik

Penerapan meritokrasi di lingkungan sosial dan profesional harus dilakukan dengan cermat dan tepat untuk memastikan keberhasilan sistem. Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu diperhatikan:

  1. Definisikan kriteria penilaian: Tentukan kriteria penilaian yang jelas dan objektif untuk memastikan pengakuan berdasarkan prestasi dan kemampuan.
  2. Pelajari penerapan terbaik: Teliti praktik terbaik dalam menerapkan meritokrasi, baik dalam lingkup lokal maupun internasional.
  3. Terapkan dengan adil: Pastikan bahwa sistem yang dijalankan adil dan tidak memberikan diskriminasi pada kelompok tertentu.
  4. Evaluasi dan perbaiki: Lakukan evaluasi berkala pada efektivitas penerapan meritokrasi dan perbaiki sistem jika diperlukan.
  5. Promosikan kesetaraan: Perkuat kesetaraan dan kesempatan yang pantas untuk semua individu tanpa memandang latar belakang sosial atau budaya mereka.

Dengan mengikuti poin-poin penting ini, penerapan meritokrasi dapat dilakukan dengan baik dan efektif, memberikan manfaat bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa meritokrasi adalah sistem yang mendasarkan pengakuan, penempatan, dan promosi pada prestasi dan kemampuan individu, bukan pada faktor seperti status sosial atau nepotisme. Konsep ini telah diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan sosial dan profesional, termasuk pendidikan, organisasi, politik, dan dunia kerja.

Pentingnya meritokrasi dalam membentuk sistem yang adil dan efisien tidak dapat dipungkiri. Namun, seperti halnya dengan sistem lainnya, meritokrasi juga memiliki kelebihan dan kelemahan yang perlu diperhatikan.

Sebagai akhir kata, saya berharap artikel ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang esensi meritokrasi dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Semoga kita dapat menjadi bagian dari upaya memperkuat sistem meritokrasi dalam berbagai aspek kehidupan di Indonesia.

FAQ

Apa itu meritokrasi?

Meritokrasi adalah sistem yang didasarkan pada kemampuan, prestasi, dan kualifikasi individu. Di dalam meritokrasi, promosi, pengakuan, dan kesempatan diberikan kepada mereka yang memiliki kinerja terbaik dan mampu membuktikan kualitas mereka.

Apa sejarah meritokrasi?

Konsep meritokrasi pertama kali diperkenalkan oleh Michel Foucault pada tahun 1979. Namun, gagasan meritokrasi sudah ada sejak zaman kuno. Di Cina kuno, ujian kepegawaian yang adil digunakan untuk menyeleksi pejabat berdasarkan kemampuan mereka. Di sisi lain, Inggris pada abad ke-19 mengembangkan prinsip meritokrasi dalam sistem pelayanan sipil.

Apa ciri-ciri meritokrasi?

Ciri-ciri meritokrasi antara lain: 1. Penilaian berdasarkan prestasi dan kemampuan individu 2. Kesempatan yang adil untuk semua individu 3. Keterbukaan dan transparansi dalam proses seleksi dan promosi 4. Penghargaan atas kualitas dan kinerja individu 5. Tidak ada diskriminasi berdasarkan faktor non-kinerja seperti latar belakang sosial atau personal.

Bagaimana para ahli mendefinisikan meritokrasi?

Para ahli mendefinisikan meritokrasi sebagai sistem di mana individu diberi kesempatan berdasarkan merit atau prestasi mereka. Mereka menekankan pentingnya penilaian obyektif terhadap kemampuan dan potensi individu dalam menentukan penghargaan dan promosi.

Bagaimana meritokrasi diterapkan dalam pendidikan?

Di dalam sistem pendidikan, meritokrasi diterapkan dengan mengukur kemampuan, prestasi, dan potensi siswa secara obyektif. Ujian, penilaian kinerja, dan seleksi masuk universitas adalah beberapa contoh penerapan meritokrasi dalam pendidikan.

Bagaimana meritokrasi diterapkan dalam organisasi?

Dalam organisasi, meritokrasi diterapkan dengan memberikan penghargaan, promosi, dan kesempatan karir kepada individu yang memiliki prestasi dan kualitas terbaik. Proses penilaian kinerja yang objektif dan transparan digunakan untuk menentukan pengakuan dan mobilitas karir.

Bagaimana meritokrasi diterapkan dalam politik?

Dalam politik, meritokrasi diterapkan dengan menilai kinerja dan keberhasilan para pemimpin dan pejabat berdasarkan prestasi mereka. Sistem pemilihan dan penunjukan yang adil digunakan untuk memastikan individu yang berkualitas menduduki posisi penting dalam pemerintahan.

Bagaimana meritokrasi diterapkan dalam pekerjaan?

Dalam dunia kerja, meritokrasi diterapkan dengan memberikan kesempatan karir yang adil berdasarkan prestasi dan kemampuan individu. Kinerja, kompetensi, dan kontribusi individu menjadi faktor utama dalam penentuan promosi dan penghargaan karyawan.

Apakah ada contoh penerapan meritokrasi?

Contoh penerapan meritokrasi antara lain: 1. Ujian seleksi masuk perguruan tinggi berdasarkan kemampuan akademik 2. Sistem penilaian kinerja dan promosi berdasarkan prestasi di tempat kerja 3. Program beasiswa untuk siswa berprestasi 4. Penggunaan mentor dan program pengembangan karir untuk individu yang berpotensi tinggi.

Apa kelebihan dan kelemahan meritokrasi?

Kelebihan meritokrasi antara lain: 1. Mendorong motivasi individu untuk melakukan yang terbaik 2. Mendorong inovasi dan peningkatan kualitas 3. Membedakan individu berdasarkan prestasi yang sebenarnya 4. Memberikan kesempatan bagi individu berkualitas tanpa mengenal latar belakang sosial Kelemahan meritokrasi antara lain: 1. Tidak mempertimbangkan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi kesempatan seseorang untuk berhasil 2. Rentan terhadap bias dan diskriminasi tersembunyi 3. Mengabaikan bakat dan kemampuan non-akademik 4. Memperkuat ketimpangan ekonomi dan sosial.

Apa yang perlu diperhatikan dalam menerapkan meritokrasi dengan baik?

Beberapa poin penting dalam menerapkan meritokrasi dengan baik antara lain: 1. Memiliki sistem penilaian yang obyektif dan transparan 2. Menyediakan kesempatan pendidikan dan pengembangan untuk semua individu 3. Mengakui dan memberikan penghargaan atas prestasi individu secara merata 4. Menyadari adanya faktor sosial yang dapat mempengaruhi kesempatan individu dan mencoba untuk mengurangi ketidakadilan tersebut.

About the Author

Rudi Kilam merupakan seorang terpelajar yang mempunyai keinginan dan memiliki minat menulis sebuah artikel terkait dengan pengetahuan umum.
Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.