Kenapa Peralihan dari YouTube Shorts ke Long-Form Sulit? Mengungkap Masalah Distribusi & Algoritma

Mengapa video panjang sulit menjangkau audiens meski Shorts sukses? Simak penjelasan tentang pemisahan algoritma dan riwayat performa.

Kenapa Peralihan dari YouTube Shorts ke Long-Form Sulit
Kenapa Peralihan dari YouTube Shorts ke Long-Form Sulit? Mengungkap Masalah Distribusi & Algoritma

Di kalangan kreator YouTube, terdapat fenomena yang sering menimbulkan frustrasi: channel yang awalnya sukses lewat Shorts tiba-tiba “mati suri” ketika mulai mengunggah video panjang (long-form). Padahal secara logika, orang yang sudah kenal channel lewat Shorts bisa jadi penonton video panjangnya juga. Namun kenyataannya banyak kreator mengalami bahwa video panjang sulit mendapatkan jangkauan awal, sedangkan Shorts bisa langsung viral.

Dari percakapan, pengamatan, dan beberapa pernyataan muncul dugaan bahwa YouTube memperlakukan format Shorts dan video panjang sebagai dua “jalur terpisah” dalam hal distribusi dan perilaku algoritma. Artikel ini akan membahas secara rinci:

  1. Kenapa video panjang sering jangkauannya jauh lebih rendah daripada Shorts

  2. Bukti empiris & teori yang mendukung pemisahan format

  3. Apa kesalahan interpretasi yang mungkin muncul

  4. Saran praktis jika kamu ingin melakukan transisi dari Shorts ke long-form

1. Kenapa Jangkauan Awal Video Panjang Tidak Sebanyak Shorts?

a. Entry point algoritma yang berbeda

Shorts memiliki “jalur cepat uji pasar”, ketika kamu menerbitkan sebuah Short, sistem akan langsung menampilkan video tersebut ke sejumlah penonton acak di Shorts Feed untuk menguji respons. Jika respons bagus (retensi, interaksi, durasi tonton), algoritma akan mendorongnya ke audiens lebih luas.

Sedangkan video panjang: sistem tidak langsung mendorong ke banyak orang. Video panjang harus melewati fase pengujian awal (small-scale test) → algoritma akan memantau metrik seperti Click-Through Rate (CTR), Average View Duration (AVD), dan retensi awal sebelum memperluas distribusinya ke tab Jelajah, Beranda, atau Video Terkait.

Karena itu, video panjang terasa seperti “memulai dari nol,” terutama jika channel sebelumnya hanya dikenal lewat Shorts. Sistem belum punya sinyal kuat bahwa penonton long-form akan suka kontenmu.

b. Audiens Shorts tidak serta-merta menjadi audiens long-form

Penonton yang suka Shorts biasanya punya kebiasaan konsumsi cepat, mereka menyukai konten singkat, menarik, yang bisa ditonton dalam beberapa detik. Itu berbeda dengan penonton yang siap menonton video panjang selama beberapa menit.

Karena YouTube memisahkan sistem rekomendasi antara format, interaksi di Shorts tidak “diterjemahkan” ke rekomendasi long-form. Penonton yang sering menonton Shorts suatu channel belum tentu dianggap sebagai audiens potensial untuk video panjangnya.

c. Algoritma terpisah dan sinyal tidak dibagikan lintas format

Menurut artikel atau blog pihak ketiga yang membahas algoritma YouTube:

  • Social Colorado State menyebut bahwa algoritma Shorts tidak terhubung dengan video tradisional / long-form kedua format berjalan dengan algoritma sendiri.

  • Hootsuite menyebut bahwa CTR tidak menjadi faktor ranking di Shorts karena penonton tidak “klik” seperti video panjang melainkan “swipe / scroll.”

  • Epidemic Sound menjelaskan bahwa algoritma Shorts mengutamakan metrik seperti retensi cepat, metadata relevan, dan riwayat engagement di Shorts feed.

Artinya, algoritma bagian Shorts dan bagian long-form menggunakan “sinyal yang berbeda,” dan tidak saling memanfaatkan performa format lain untuk menentukan rekomendasi.

d. Distribusi di feed & prioritas platform

YouTube memberikan ruang khusus untuk Shorts, misalnya Shorts Shelf atau tampilan Shorts di feed utama. Platform cenderung mendorong Shorts karena daya tariknya dalam bersaing dengan TikTok. Beberapa tulisan menyebut bahwa YouTube agresif mempromosikan Shorts agar platform tetap kompetitif.

Video panjang harus “bersaing” dengan banyak konten lain dalam feed Beranda / Jelajah, dan tidak mendapatkan “dorongan” khusus awal seperti Shorts. Karena itu jangkauannya cenderung lebih lambat.

2. Bukti Empiris & Penelitian

a. Studi besar: “Shorts vs Regular Videos” (Violot dkk.)

Sebuah studi dari Caroline Violot et al. membandingkan kinerja Shorts vs video reguler pada 70.000 channel selama dua tahun. Hasilnya:

  • Shorts mendapatkan lebih banyak views dan like per view dibanding video reguler.

  • Tapi Shorts memiliki komentar per view yang lebih rendah.

  • Kreator semakin meningkat produksi Shorts dibanding video panjang.

  • Shorts mendominasi dalam kategori hiburan, sementara video panjang lebih merata di semua kategori. 

Studi ini memberi dukungan empiris bahwa Shorts memang punya keunggulan distribusi, dan bahwa pola konsumsi dua format itu berbeda.

b. Penelitian algoritma rekomendasi (arXiv 2025)

Ada penelitian terbaru yang menganalisis bias dan pola rekomendasi antara Shorts dan long-form. Temuan menunjukkan bahwa rekomendasi Shorts cenderung lebih cepat ke konten menarik, sementara rekomendasi long-form lebih konservatif dan lambat dalam memperluas jangkauan.

Penelitian ini mendukung narasi bahwa algoritma kedua format memiliki bias & mekanisme internal berbeda, bukan sekadar tampilan.

3. Apa Kesalahan Interpretasi yang Mungkin Terjadi?

Meskipun argumen bahwa “riwayat tontonan dipisahkan antara Shorts dan video panjang” sangat masuk akal, ada hal-hal teknis yang harus diluruskan:

  • YouTube belum secara resmi menyatakan bahwa watch history (database tontonan pengguna) dipisahkan secara literal antara Shorts dan long-form.

  • Apa yang “dipisahkan” adalah jalur rekomendasi, sinyal performa, dan model prediksi audiens.

  • Di YouTube Studio, kamu melihat metrik “penonton hanya Shorts”, “penonton hanya long-form”, dll. Itu berarti sistem mengelompokkan perilaku audiens berdasarkan format, tetapi bukan bukti langsung bahwa data watch history disimpan di tempat terpisah.

Jadi, jika kamu mengatakan “YouTube memisahkan riwayat upload/performa berdasarkan format,” itu lebih tepat daripada “YouTube memisahkan watch history literal.”

4. Strategi Transisi dari Shorts ke Long-Form

Untuk kamu yang ingin beralih atau menggabungkan antara format, berikut saran yang bisa dipertimbangkan:

a. Mulai perlahan & uji pasar

Jangan langsung berhenti upload Shorts. Teruslah membuat Shorts yang relevan, sambil mulai mencoba video panjang dengan topik yang dekat dengan audiens Shorts-mu. Gunakan video panjang pendek (5-7 menit) untuk transisi.

b. Gunakan Shorts sebagai “teaser” atau highlight

Potong bagian menarik dari video panjangmu menjadi Shorts dan link-kan ke video panjang. Ini bisa membantu sebagian audiens Shorts-mu menyadari bahwa kamu punya video panjang. Namun, jangan berharap algoritma long-form akan secara otomatis mengaitkannya.

c. Tingkatkan kualitas retensi & engagement

Video panjang harus menarik di menit-menit awal agar algoritma percaya bahwa kontenmu layak diperluas distribusinya. Fokus pada:

d. Konsistensi dan kesabaran

Algoritma long-form cenderung memerlukan konsistensi upload & data historis untuk membangun sinyal. Jangan berharap video panjang langsung viral dalam satu dua upload.

e. Analisis metrik format terpisah

Gunakan YouTube Studio untuk tab Shorts dan tab Videos (long-form) secara terpisah. Perhatikan metrik: siapa yang menonton Shorts saja, siapa long-form saja, dan siapa yang keduanya. Dengan memahami segmentasi audiens, kamu bisa merancang konten yang menjembatani keduanya.

Kesimpulan

Peralihan dari format Shorts ke long-form memang bukan perkara mudah  karena YouTube pada dasarnya memperlakukan kedua format sebagai dua “jalur distribusi” yang berbeda. Meskipun tidak ada pernyataan resmi bahwa watch history disimpan terpisah, data, perilaku sistem, dan penelitian mendukung bahwa algoritma Shorts dan long-form menggunakan sinyal yang berbeda dan tidak saling mempengaruhi secara langsung.

Kamu benar ketika menyimpulkan bahwa riwayat performa upload berbeda antar format. Intinya bukan “YouTube menolak kamu,” tetapi “YouTube memperlakukan formatmu sebagai entitas berbeda.” Jika kamu siap, strategi dan kesabaranlah yang menjadi kunci agar video panjangmu bisa tumbuh meskipun sudah dikenal sebagai kreator Shorts

About the Author

Rudi Kilam merupakan seorang terpelajar yang mempunyai keinginan dan memiliki minat menulis sebuah artikel terkait dengan pengetahuan umum.
Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.