|
Sosiologi sebagai lImu |
Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk yang sadar. Kesadaran manusia tercermin dari kemampuannya untuk berpikir, berkehendak, dan merasa. Dengan pikirannya, manusia mendapatkan ilmu pengetahuan. Dengan kehendaknya, manusia mengarahkan perilakunya, dan dengan perasaannya, manusia dapat mencapai kesenangan. iImu pengetahuan bagaikan pelita yang menerangi kegelapan. Ungkapan tersebut menggambarkan pentingnya ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia. Tanpa ilmu pengetahuan, manusia tidak mampu memahami gejala alam dan sosial yang terjadi. Tanpa ilmu pengetahuan, manusia akan sulit memperkirakan gejala-gejala itu sehingga tidak siap mengantisipasi dampakrnya. Lantas, apakah sosiologi benar-benar merupakan suatu ilmu pengetahuan? Inilah yang akan kita pelajari sekarang. Untuk itu, simaklah pembahasan di bawah ini!
Pengertian limu Pengetahuan (Science)
Sebuah pengetahuan dikatakan sebagai ilmu apabila mengembangkan suatu kerangka pengetahuan yang tersusun dan teruji yang didasarkan pada penelitian ilmiah. Soslologi dikatakan sebagai ilmu sejauh sosiologi mendasarkan penelaahannya pada bukti-bukti ilmiah dan metode-metode ilmiah. Suatu ilmu sekurang-kurangnya dapat dirumuskan dalam dua cara, yaitu:
- Suatu ilmu adalah suatu kerangka pengetahuan yang tersusun dan teruji yang diperoleh melalui suatu penelitian ilmiah.
- Suatu ilmu adalah suatu metode untuk menemukan suatu kerangka pengetahuan yang tersusun dan teruji.
Menurut Soerjono Soekanto, ilmu dapat didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran (logika). Pengetahuan haruslah objektif, artinya selalu dapat diperiksa dan diuji secara kritis oleh orang lain yang ingin mengetahuinya. Sangat penting untuk diketahui, bahwa pengetahuan berbeda dengan buah pikiran (ideal). Oleh karena itu, tidak semua buah pikiran merupakan pengetahuan.. Berdasarkan hal tersebut, kita dapat merumuskan beberapa unsur pokok dari sebuah ilmu, yaitu;
- Pengetahuan.
- Tersusun secara sistematis.
- Menggunakan pemikiran.
- Dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, kepandaian; segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal. Sedangkan menurut Notoatmodjo, pengetahuan merupakan hasil setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Berdasarkan uraian di atas, maka pengetahuan dapat disimpul akan sebagai segala sesuatu yang diketahui dan diperoleh dari persentuhan pancaindra terhadap objek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil proses melihat, mendengar, merasakan, dan berpikir yang menjadi dasar manusia dalam bersikap dan bertindak. Berikut ini faktor-faktor yang dapat memengaruhi
a. Pendidikan menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh. Umumnya, makin tinggi pendidikan seseorang maka makin baik pula pengetahuannya.
b. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.
c. Usia menentukan proses perkembangan mental seseorang. Umumnya, makin bertambah umur, maka akan makin baik mentalnya.
d. Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Sumber informasi dapat bersumber dari TV, radio, atau surat kabar.
Syarat ilmu pengetahuan
Setelah mengetahui pengertian dari imu dan pengetahuan, maka sekarang dapat disimpulkan pengertian ilmu pengetahuan menurut Soejono Soekanto. Menurutnya, ilmu pengetahuan pemikiran, dan pengetahuan tersebut selalu dapat diperiksa dan ditelaah dengan kritis. kekuatan adalah pengetahuan (knowledge) yang tersusun sistematis dengan menggunakan kekuatan Syarat ilmu pengetahuan adalah memiliki objek dan metode ilmiah, atau memiliki dimensi atau Syarat-Syarat iImu Pengetahuan aspek sebagai berikut.
- aspek ontologisme, yaitu berkenaan dengan apa yang dipelajari ilmu atau berkenaan dengan objek studi.
- Aspek epistimologis, berkenaan dengan bagaimana limu mempelajari objek studinya denaan menggunakan metode-metode keilmuan/ilmiah yang didukung oleh sarana berpikir ilmiah. Metode ilmiah merupakan gabungan antara pola berpikir induktif dan pola berpikir deduktif
- Aspek aksiologis, berkenaan dengan aspek guna laksana atau manfaat ilmu, secara positif dan normatif. Secara positif adalah untuk mendeskripsikan, menjelaskan, dan memprediksikan berbagai fenomena yang sesuai dengan objek studi yang dipelajari sedangkan secara normatif adalah untuk mengendalikan berbagai fenomena kearah yang- diinginkan.
Pengetahuan sosiologi, sistematika sosiologi, dan pemikiran sosiologi
Pengetahuan sosiologi, sistematika sosiologi, dan pemikiran sosiologi dapat ditelaah oleh masyarakat luas. Oleh karena itu, sosiologi dikatakan bersifat objektif. Namun apabila terjadi perbedaan pandangan dalam suatu fenomena yang terjadi di masyarakat, hal itu karena adanya perbedaan paradigma atau perbedaan sudut pandang. Dan sosiologi tidak mempemasalahkan adanya perbedaan itu. Sosiologi telah memenuhi syarat-syarat ilmu seperti dikemukakan di atas. Oleh karena itulah sosiologi dapat disebut sebagai ilmu. Sosiologi sebagai ilmu berdiri sendiri yang objeknya masyarakat. Sosiologi memiliki karakteristik sebagai ilmu yang bersifat khusus sebagaimana disebutkan oleh Harry M. Johnson dalam bukunya Sociology A Systematic Introduction (1960) yang menjelaskan.
- Sosiologi bersifat empiris, artinya ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada observasi (pengamatan) terhadap keyakinan dan akal sehat, serta hasilnya tidak bersifat spekulatif, melainkan objektif.
- Sosiologi bersifat teoretis, artinya ilmu pengetahuan itu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi. Abstraksi merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis serta bertujuan untuk menjelaskan antarhubungan dan sebab akibat, sehingga menjadi teori.
- Sosiologi bersifat kumulatif, artinya teori-teori sosiologi dibentuk berdasarkan teori-teori yang sudah ada. Jadi, sosiologi memperbaiki, memperluas, dan memperhalus teori-teori yang sudah ada itu.
- Sosiologi bersifat nonetis, artinya yang menjadi inti persoalan dalam sosiologi bukanlah baik buruknya suatu fakta, melainkan tujuan yang hendak dicapai dengan menjelaskan fakta tersebut.